Dear Kawan,
sudah mau akhir tahun yaa....
Saya
menerima sebuah email dari teman kita Fenti, yang membuat saya sangat ingin
membaginya di catatan kecil kita bulan ini. Fenti membalas catatan kecil kita
bulan lalu yang bercerita tentang taksi yang jujur dan baik hati. Enjoy
the reading!
Asyik
ceritanya pak, saya juga sekarang pengguna angkutan umum pak, sekarang mandiri,
tidak diantar. Saya punya cerita mengenai bemo di Jakarta. Kalau cerita
saya ini saya rasa lebih ke hasil dari bapak saya yang dulu seorang
kondektur, yang selalu menolong penumpangnya baik laki laki maupun wanita
yang naik malam hari tapi ketiduran di bus. Sehingga dari pada bingung mau
balik sudah nggak ada angkutan, mau di terminal juga berbahaya, makanya dibawa
ke rumah untuk bisa istirahat sampai besok paginya di antar lagi ke tujuannya.
Saya ingat waktu itu saya selalu bertanya,“Siapa dia Pak?” Dengan lembut
bapak bilang penumpang yang ketiduran, sudah kelewatan rumahnya. Dan itu
berlangsung beberapa kali. Hingga suatu saat saya tinggal di
Jakarta ikut bude di Cawang dan kerja didaerah Pasar Baru. Suatu saat saya
dapat telepon dari bude kalau bapak datang ke Jakarta. Sebelum pulang saya
membelikan bapak baju baru di Metro
kalau nggak salah yang di Pasar Baru itu.
Pulangnya
saya naik bemo, oper di Senen terus ke Cawang. Saya
gembira sekali ditambah rasa kangen pada bapak, memang saya sangat dekat sekali
dengan Bapak saya. Saya kemudian turun di Budi Asih sebelum terminal Cililitan.
Disitulah masalahnya, saya lupa membawa bungkusan berisi baju baru saya,
tertinggal di bemo. Baru beberapa langkah saya baru teringat, tanpa berpikir
panjang saya langsung naik bemo lagi keterminal, saya juga nggak tahu waktu itu
saya kok ya nekat hanya gara gara sebuah baju baru. Di terminal saya langsung
tanya kesopir tentang bemo yang yang baru lewat, ditanya sopirnya ada apa. Saya
jawab ada barang saya yang ketinggalan di bemo. Bapak supir bemo yang
saya tanyai menawarkan untuk membantu mengejar bemo yang baru lewat.
Tanpa
berpikir panjang saya kok ya mau naik bemonya bapak itu dan percaya kalau saya
akan benar benar ditolong olehnya. Disepanjang jalan, dia agak ngebut supaya
bisa ngejar bemo tanpa harus sampai di pool. Sampai saya mengingatkan kalau ada
penumpang yang mau ikut di pinggir jalan, karena dia rasanya nggak terlalu cari
penumpang supaya bemonya terkejar. Akhirnya sampai di Rawasari saya ditolong
untuk mencari bemo yang tadi saya naiki. Alhamndulillah dapat pak, baju
saya masih di bemo bapak itu. Saya niat bayar lebih, bapak supir yang menolong
saya tidak mau, katanya dia ikhlas mau menolong.
Selanjutnya
saya mau balik lagi ke cawang, maka saya naik bemo yang sama. Belum lama duduk
saya ditanya sama seorang ibu, “Mau ke mana?”. Saya bilang mau ke Cawang, ibu
itu langsung bilang, “Jangan naik bemo ini karena tidak semuanya akan turun
sampai Cawang, biasanya sampai tengah perjalanan sudah pada turun. Bahaya sudah
malam kalau sendirian.” Saya disarankan naik bus kota Mayasari, nanti
bisa turun didekat UKI. Akhirnya saya menuruti kata kata Ibu tadi, saya ganti
bus kota. Dan saya sampai dirumah sudah malam, saya lupa tepatnya pukul berapa,
tapi yang saya ingat diatas jam 10 malam. Saya langsung diserbu dengan berbagai
pertanyaan. Kasihan sekali ternyata bapak saya sangat cemas menunggu saya.
Sayangnya saya tidak tanya nama bapak sopir yang baik hati itu, semoga beliau
dan kelurganya selalu mendapat berkah dari yang Maha Kuasa. Aamiin....
Saya
selalu ingat kejadian itu. Setiap bercerita tentang angkutan umum. Saya tidak
menyangka akan ditolong seperti itu.
Salam,