Berpikir Positif

"Seseorang yang berpikiran positif dapat melihat sesuatu yang tidak tampak, dapat merasakan hal-hal yang terselubung dan dapat meraih hal-hal yang tidak mungkin." (Anonim)

17 Mei 2010

Apa itu CINTA? dari Kawan Indit

Apakah telapak tanganmu berkeringat, jantungmu berdetak cepat, dan suaramu tercekat saat berada di dekatnya?
 * Itu bukan Cinta, itu Suka.
Apakah kamu tak bisa melepaskan pandangan atau genggaman dari dirinya?
   * Itu bukan Cinta, itu Nafsu.
Apakah kamu menginginkan dia saat dia sedang tidak ada?
   * Itu bukan Cinta, itu Kesepian.
Apakah kamu ada di sana karena itulah yang diinginkannya?
   * Itu bukan Cinta, itu Kesetiaan.
Apakah kamu menerima pengakuan cintanya karena kamu tak ingin menyakitinya?
   * Itu bukan Cinta, itu Kasihan.
Apakah kamu ada di sana karena dia memelukmu atau menggenggam tanganmu?
   * Itu bukan Cinta, itu Ketergantungan.
Apakah kamu ingin memiliknya karena tatapan matanya membuat hatimu berdegup kencang?
   * Itu bukan Cinta, itu Tergila-gila.
Apakah kamu memaafkan kesalahannya karena kamu peduli padanya?
   * Itu bukan Cinta, itu Persahabatan.
Apakah kamu mengatakan padanya setiap hari bahwa dialah satu-satunya orang yang kamu pikirkan?
   * Itu bukan Cinta, itu Dusta.
Apakah kamu ingin memberikan semua benda kesayanganmu untuknya?
   * Itu bukan Cinta, itu Sikap dermawan.
Apakah hatimu sedih dan sakit saat dia sedang terluka, dan sebisa mungkin ingin mengobati luka hatinya?
   * Barulah itu Cinta.
Apakah kamu tertarik pada orang lain, tapi tetap setia mendampinginya tanpa pernah menyesal?
   * Barulah itu Cinta.
Apakah kamu menerima segala kesalahan dan kekurangannya karena itulah bagian dari dirinya?
   * Barulah itu Cintta.
Apakah kamu menangis saat dia sedih meskipun dia kuat?
   * Barulah itu Cinta.
Apakah kamu memafkannya dan bersedia tetap bersamanya saat dia menyakiti?
   * Barulah itu Cinta.
Apakah kamu tetap setia apapun yang terjadi, baik saat gembira maupun sengsara?
   * Barulah itu Cinta.
Apakah kamu bersedia memberikan hatimu, hidupmu, dan matimu untuknya?
   * Ya, itulah Cinta.

03 Mei 2010

BÈR BUDI BAWA LAKSANA

BÈR BUDI BAWA LAKSANA secara harafiah bermakna “penuh watak luhur lebih”. Maksud arti yang terkandung adalah seorang pemimpin yang berbudi pekerti luhur dan mempunyai sifat kepribadian yang baik, konsisten antara perkataan dan perbuatan.

Bagi masyarakat Jawa dan secara universal, pemimpin yang dicari adalah pemimpin yang dapat mengayomi masyarakat dan kawulanya. Pemimpin yang dapat mengayomi adalah pemimpin yang mempunyai sifat budi pekerti luhur, kepribadian yang baik, serta konsisten perkataan dan perbuatan. Sebab pemimpin yang berbudi pekerti jelek, apalagi perkataan sering tidak konsisten dengan perbuatan atau bahkan keputusan yang diambil berubah-ubah jelas akan membuat bingung bagi kawula atau bawahannya.
Pemimpin adalah panutan rakyat atau bawahan. Segala pemikiran, ucapan, perbuatan, dan keputusan akan selalu ditiru dan dicontoh oleh rakyatnya. Bahkan segala tingkah lakunya akan selalu direkam dan diingat-ingat oleh kawulanya. Jika seorang pemimpin melakukan perbuatan tercela, jelas akan dicemooh oleh rakyatnya. Rakyatnya akan terus mencibirnya dan akhirnya tidak akan mempercayainya sebagai pemimpin yang berbudi luhur. Demikian pula jika pemimpin mengeluarkan keputusan yang berubah-ubah, maka jelas akan membuat bingung bawahannya. Pemimpin yang demikian akan dianggap berpendirian plin-plan, alias tidak konsisten sehingga bawahan tidak punya pegangan untuk bekerja.

Pemimpin yang berbudi luhur dan berpendirian konsisten tidak muncul secara spontan. Banyak yang harus dilakukan, termasuk olah budi, olah rasa, dan olah batin. Pemimpin harus banyak belajar dari pengalaman orang lain dan dirinya sendiri dalam berkehidupan. Untuk menjadi pemimpin yang berbudi luhur harus banyak mendengar keluhan, saran, kritikan, dan bahkan kalau perlu kritikan yang sangat keras dari rakyatnya. Jika pemimpin bisa memahami keluhan dan kebutuhan rakyatnya serta dapat membuat rakyatnya nyaman, aman, tentram, maka ia dapat menjadi pemimpin yang bersifat bèr budi bawa laksana.

24 April 2010

Mengapa Semua Orang Takut Hujan?

Oleh : Ippho Santosa

Mengapa hampir semua orang -termasuk presiden Amerika sekalipun- takut dengan yang namanya hujan? Ah, jangan langsung menyerah begitu. Cobalah pikir sebentar jawabannya. Yah, karena tiap-tiap butir hujan mematuhi sepenuhnya hukum tim. Dalam artian, masing-masing tidak pernah turun sendirian. Ia selalu turun bersama teman-temannya sebagai satu tim. Maka, jadilah hujan sungguhan, yang dihindari, bahkan ‘disegani' oleh siapapun (kecuali ojek payung). Hahaha!

Dan tahukah Anda, konon seekor kuda mampu menarik beban seberat dua ton. Sekali lagi, hanya dua ton. Saya uji Anda dengan pertanyaan, berapa ton yang mungkin diangkut oleh dua ekor kuda? Empat ton? Enam ton? Atau sepuluh ton? Mohon maaf, Anda salah! Percaya atau tidak, ternyata dua ekor kuda sanggup menyeret beban seberat 23 ton! Gila! Menurut saya, di situlah letak keampuhan dream team. Tolong, jangan dibantah!

Kedua fenomena tersebut hendaknya diteladani oleh setiap tim, termasuk tim penjualan di setiap perusahaan. Di mana sesama penjual sejatinya menjunjung tinggi asas kebersamaan serta asas manfaat antara satu sama lain. Ya sinergi, ya berbagi. Bukankah begitu? Tetapi sepengetahuan saya, kebanyakan tim penjualan adalah kumpulan individu yang saling sikut, saling menelikung dan saling menjelek-jelekkan. Pokoknya, ndak kompak blas!

Coba bayangkan yang sebaliknya! Salesman Andi ngegosip yang positif tentang rekannya di hadapan prospek, "Saya salut dengan Bobby, Pak! Setiap kali bertemu dengan pelanggan, ia senantiasa menunjukkan sikap empati." Sementara salesman Bobby ngegosip yang positif pula soal Andi di depan prospek yang lain, "Wah, saya kagum pada Andi, Bu! Dia memiliki komitmen yang total terhadap pelanggan."

Lha, apa yang kemudian yang terjadi? Saya jamin catatan penjualan mereka berdua akan melambung gila-gilaan melampaui kolega-kolega mereka yang saling menjelek-jelekkan. Kok bisa? Jawabannya, gosip yang positif yang mereka sebarkan. Tak ayal lagi, itu menjadi promosi silang di antara mereka.

Dalam MLM, inilah yang diistilahkan dengan edifikasi (endorsement). Yah, bukan rahasia lagi, penjualan dari satu grup sangat bergantung pada tingkat edifikasi sesama anggota di grup tersebut. Dan seperti yang saya bahas dalam buku bestseller 10 Jurus Terlarang, teknik ini juga berlaku terhadap partner bisnis Anda.

Memang, pelanggan sangat tertarik untuk mendengar kata-kata negatif dan cerita-cerita miring (Anda juga ‘kan?). Itu sih lumrah. Tetapi percayalah, pelanggan sama sekali tidak tertarik untuk membeli dari salesman yang melontarkan kata-kata negatif dan cerita-cerita miring tentang rekannya sendiri (Anda juga ‘kan?). Sekali lagi, jangan lupa, edifikasi!

*(Ippho Santosa adalah mantan marketer di dalam dan luar negeri, produser Andalus, penulis bestseller 10 Jurus Terlarang. Buku-bukunya (salah satunya ditulis bersama Tantowi Yahya) direkomendasikan oleh pakar-pakar bisnis dari Amerika, Singapura, dan Malaysia.)

26 Februari 2010

Teman adalah hadiah

Teman adalah hadiah dari Allah SWT buat kita. Seperti hadiah, ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya jelek. Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau kepribadian yang menarik. Yang bungkusnya jelek punya wajah biasa saja, atau kepribadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan.

Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya jelek. Yang isinya bagus punya jiwa yang begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam, saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama. Kita mencintai dia dan dia mencintai kita.

Yang isinya buruk punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya. Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali justru sikap penolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah, dll.

Kita tidak suka dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka. Kita tidak tahu bahwa itu semua BUKAN-lah karena mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya memberikan cinta karena justru ia membutuhkan cinta kita, membutuhkan empati kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yang memasung jiwanya.

Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yang terluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa kita mengajak seseorang yang takut air berenang bersama? Luka di lututnya dan ketakutan terhadap airlah yang mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karena mereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita. Mereka tidak akan bilang bahwa "lutut" mereka luka atau mereka "takut air", mereka akan bilang bahwa mereka tidak suka berlari atau mereka akan bilang berenang itu membosankan dll. Itulah cara mereka mempertahankan diri.

Mereka akan bilang:

"Menari itu tidak menarik"

"Tidak ada yang cocok denganku"

"Teman-temanku sudah lulus semua"

"Aku ini buruk siapa yang bakal tahan denganku"

"Kisah hidupku membosankan"

Mereka tidak akan bilang:

"Aku tidak bisa menari"

"Aku membutuhkan kamu denganku"

"Aku kesepian"

"Aku butuh diterima"

"Aku ingin didengarkan"

Mereka semua hadiah buat kita, entah bungkusnya bagus atau jelek, entah isinya bagus atau jelek. Dan jangan tertipu oleh kemasan.

Hanya ketika kita bertemu jiwa dengan jiwa, kita tahu hadiah sesungguhnya yang sudah disiapkan-NYA buat kita.

WALLAHU A'LAM

24 Februari 2010

Memahami Toples dengan Isinya

Profesor di depan kelas filsafat dengan beberapa barang di mejanya.

Saat mulai, dia mengambil toples kosong besar & mengisi dengan bola - bola golf. Kemudian dia berkata pada mahasiswanya, apakah toples itu sudah penuh. Mereka setuju.

Profesor mengambil sekotak batu koral dan menuangnya ke dalam toples. Dia menggoyang dengan ringan. Batu - batu koral masuk, mengisi tempat yg kosong di antara bola - bola golf. Profesor bertanya lagi, apakah toples itu sudah penuh. Mereka setuju.

Selanjutnya Profesor mengambil sekotak pasir dan menebarkan ke dalam toples.. Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sudah penuh... Para mahasiswa dengan suara bulat berkata, "Ya".

Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dan menuangkan isinya ke dalam toples, dan mengisi ruangan kosong di antara pasir.

"Sekarang," kata prof, "Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu."

"Bola - bola golf adalah hal - hal yang penting: Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat." "Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, hidupmu masih tetap penuh."

"Batu - batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil.

"Pasir adalah hal - hal yang lainnya... hal - hal yang sepele.

"Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples," lanjut profesor, "Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu - batu koral ataupun untuk bola - bola golf."

Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu. "Jika kalian menghabiskan energi untuk hal - hal yang sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal - hal yang penting buat kalian".

"Jadi, beri perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu.

"Bermainlah dengan anak -anakmu. "Luangkan waktu untuk check up kesehatan.

"Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam

"Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah & memperbaiki perabotan.

"Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola golf. Hal yang benar - benar penting.

Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasirnya.

Salah satu mahasiswa bertanya, "Kopi mewakili apa?

Profesor tersenyum, "Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah penuh, tetap selalu ada tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat."

17 Februari 2010

TERMOS

Seorang anak memperhatikan ibunya yang sedang menuang air mendidih ke sebuah wadah. Terlihat kepulan asap yang mengiringi aliran air panas itu ke tempat yang ia belum paham.

“Apa itu, Bu?” tanyanya sesaat kemudian. Sang ibu menoleh perlahan sambil tangannya memegang kuat ceret berisi air panas yang masih terus mengalir ke tempat baru itu. “Oh, ini. Termos, Nak!” jawabnya singkat. Ia pun menuntaskan kegiatannya. Sebagian air panas dituang ke termos, dan sisanya masih berada di ceret.

“Kenapa dituang ke termos, Bu?” sang anak terus memperlihatkan rasa ingin tahunya. Ia tidak peduli kalau ibunya masih sibuk menutup dan memindahkan termos ke tempat semula. Setelah itu, sang ibu pun menoleh ke buah hatinya.

“Anakku. Termos itu tempat menyimpan air supaya tetap hangat,” jawab sang ibu sambil senyum ke arah sang anak. “Sore nanti, kamu akan lihat kegunaannya,” tambah sang ibu sambil membelai rambut si anak yang masih balita itu. Si anak pun mulai penasaran.

Akhirnya, sore pun datang. Dan, bocah yang selalu ingin tahu itu pun mendapatkan pelajaran baru dari ibunya. “Sini, Nak!” ucap sang ibu sambil menuangkan air dari termos ke gelas. “Apa yang kamu lihat, sayang?” tanya sang ibu seraya menatap wajah buah hatinya penuh bijaksana. “Airnya masih hangat, kan!” Sang anak pun mengangguk.

Pikirannya pun mengikuti gerak langkah ibunya yang kemudian menuangkan air dari ceret ke gelas yang lain. “Dan ini, coba kamu perhatikan. Air di ceret sudah tidak hangat lagi. Padahal, sumbernya sama-sama dari air yang tadi ibu masak,” tutur sang ibu kemudian.

“Aneh ya, Bu?” respon si anak kemudian. “Anakku. Wadah termos terdiri dari kaca yang saling memantul. Dan dalam termos pun kedap udara. Itulah di antaranya, kenapa air dalam termos bisa tetap hangat!” jelas sang ibu seraya menatap buah hatinya yang mengangguk perlahan. *** Dalam diri manusia ada jiwa yang sangat menentukan seperti apa keadaan perilaku mereka. Jiwa yang terhangatkan oleh cahaya keimanan akan membangkitkan kesegaran optimisme, kesabaran, dan keikhlasan. Seorang mukmin mesti pandai-pandai menjaga kelanggengan kehangatan itu dalam sebuah termos jiwa. Di situlah, kehangatan tersimpan baik dalam pantulan cermin hati yang bersih dan suasana yang kedap dari segala kotoran. Dan, kehangatan jiwa pun akan terus terjaga.

Jangan biasakan jiwa yang semula hangat hanya tersimpan begitu saja dalam ceret yang terbuka. Karena kehangatan itu akan segera menguap bersama hembusan angin lingkungan yang tidak tentu arah.

Sayangnya, si empunya jiwa kerap tak sadar, kalau jiwa yang beberapa saat lalu masih hangat, ternyata sudah dingin. Bahkan mungkin sudah tercemar. (muhammadnuh@eramuslim.com)

11 Februari 2010

Siapa paling jelek??!

Ada suatu kisah seorang santri yang menuntut ilmu pada seorang Kyai. Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir. Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut. "Hai Fulan, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus", kata Kyai. "Baik pak Kyai, apa pertanyaannya ?"

"Kamu cari orang atau makhluk yang lebih jelek dari kamu, kamu aku beri waktu tiga hari". Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Pak Kyai.

Hari pertama, sang santri bertemu dengan si Polan pemabuk berat yang dapat di katakan hampir tiap hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, "Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus". Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. "Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Allah memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Suul Khotimah, bagaimana? Dia belum tentu lebih jelek dari saya.

Hari kedua, santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yang menjijikan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dsb. Santri bergumam, "Ketemu sekarang yang lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi". Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya. Waktu akan tidur sehabis 'Isya, dia merenung, "Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Allah, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yang sangat berat, kalau berbuat banyak dosa aku akan masuk neraka. "Aku tidak lebih baik dari anjing itu.

Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, "Sudah dapat jawabannya muridku ?" "Sudah guru", santri menjawab. " Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru". Sang Kyai tersenyum, "Kamu aku nyatakan lulus".

Pelajaran yg dapat kita petik adalah: Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong / merasa lebih baik dari orang / mahkluk lain. Yang berhak sombong adalah Allah SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang / mahkluk lain yang sama-sama ciptaan Allah.

08 Februari 2010

Tutur Sang Alam

Apa yang kamu minta wahai Manusia...?
Tak usah salahkan itu padaku, apa kurang dari sosokku untukmu..??
Bahwa jemari udaraku telah membelaimu dengan segenap keikhlasan, sehingga dengan leluasanya kamu mengambilnya dariku lewat kedua lubang hidungmu.

Jendela semesta sering kubuka lebar sepanjang umurku hingga paras mentari yang tampan, gagah, hingga meronanya pun pernah kau lihat untuk kubagi. Dari gelapnya ruangan luasmu pun kusuguh anggun Bulan dan serbukan Bintang lewat celah atap duniamu..

Telah kutanam dan kurawat pula bunga - bunga serupa awan dan pelangi agar tatapanmu dapat menghirup wewangian lewat matamu..

Telah kusapu yang seluas itu lantai - lantai semesta hingga kibasanku berikan kau debu mendung yang membuat butiran - butiran keringatku hadirkan hujan yang menerpa ubin duniamu..

Kubangun dengan indah gedung - gedung hijau lapang Menghampar Sekaligus juga dengan pernak - perniknya yang aku bebaskan untukmu memetiknya agar termakan...

Lalu atas sedihmu Jangan bersedih Sahabat, & Jangan pula Menangis!! Apa yang kamu tangisi atas Cinta dihatimu itu..??
Bahwasanya yang kamu tangisi itu tidak setia layaknya aku, yang dia hanya membelai jika ada maunya saja. Sedangkan aku yang setia temani sepanjang waktu dengan tidak menuntut sedikitpun darimu justru tidak pernah kamu tangisi.. Aku juga tak pernah tinggalkan kamu sendiri dalam tangismu atas Cintamu itu, justru kuhidangkan keharuman bunga - bunga dan taman terluas yang megah untukmu sebagai tanda aku menghiburmu..!!

Apa lagi yang kamu minta wahai Sahabatku manusia..??
Tidakkah cukupkah yg kusuguh?

Subhanallah.......
Lalu apa yang dapat diambil dari ucapan sang alam itu? Dia jalankan perintah sang Penciptanya tanpa pamrih karena besar cintanya pada sang Esa!

Sebuah ajaran ilmu ikhlas yang tinggi diajarkn alam terlihat sehari - hari, Dimana apa yang dapat diberikan adalah dia temani tubuh kita yang brnyawa ini dengan shadaqah yang tak terhingga keikhlasannya, yang walaupun tangan manusia sering kali mengotori tubuh - tubuh indahnya.

Sang Alam mampu memberikan cuma - cuma atas kasihnya, & tahukah bahwa itu semua atas perintah Allah, yang mengartikan pula bahwa tangan Allah-lah yg miliki hati ketulusan itu!!

Kini, akankah kurangnya Rahmat dari Allah terucapkan?
Yang ternyata hanya dari perantara Alam saja telah tidak terbayangkan bukti Maha KasihNYA.

Subhanallah... :)

01 Januari 2010

Kura - Kura dan Kelinci

Suatu hari kelinci mengajak kura-kura adu lari, lomba dimulai, kelinci langsung memimpin jauh di depan kura-kura, tiba-tiba kelinci menoleh ke belakang. Karena sudah merasa senang, kelinci berhenti berlari dan duduk santai, tidur-tiduran dan akhirnya tertidur. Sementara pelan namun pasti kura-kura tetap berlari, bahkan kura-kura mampu melewati kelinci yang sedang tidur….. Akhirnya kelinci dikalahkan oleh kura-kura

Merasa malu dikalahkan kura-kura, kelinci menangis. Kura-kura menghibur kelinci sambil berkata “ lain kali kamu hati-hati ya, dengan falsafah kehidupan kami alon-alon asal kelakon (pelan tapi pasti)” Lalu Kelinci minta diadakan pertandingan ulang dan Kura – kura setuju.

Begitu aba-aba start dimulai kelinci langsung berlari sekencang-kencangnya. Kali ini kelinci mengerahkan semua kemampuannya dan fokus pada garis finish…….. Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh Kelinci. Kura-kura mengucapkan selamat kepada Kelinci sambil mengatakan : “ Falsafah alon-Alon asal kelakon dikalahkan dengan kesungguhan, semangat dan fokus pada tujuan akhir yang hendak dicapai ”

Waah… kedudukan satu-satu yaa…. Seru kura-kura. Dan untuk menentukan pemenangnya pertandingan digelar kembali. Kali ini kura-kura meminta kepada kelinci untuk menentukan rute pertandingan. Merasa bahwa kemampuan larinya jauh lebih cepat dibandingkan kura-kura, dia menyetujui tawaran kura-kura.

Pertandingan dimulai …… Sang kelinci langsung memimpin pertandingan. Namun ditengah perjalanan kelinci berhenti karena ternyata rute yang harus dilewati adalah sungai yang sangat lebar….. dan… sampailah kura-kura ditepian sungai, lalu menyapa kelinci yang sedang gelisah, “maaf ya saya nyeberang duluan …..

Pada pertandingan ketiga ini Kura-kuralah yang menjadi pemenang… kelinci menangis untuk yang kedua kalinya. Kura-kura mendatangi kelinci sambil berkata : “Ternyata kalau ingin menang kita harus bersaing sesuai dengan Core-Competence kita.”

Untuk menghibur kelinci, kura-kura memberikan tawaran kepada kelinci “ bagaimana kalau kita bertanding lagi. Kali ini tidak ada yang kalah semuanya menang…. Caranya .. “Ketika didarat kamu yang gendong saya, ketika di sungai saya gendong kamu” kata kura-kura dan kelinci setuju Ternyata di pertandingan ke empat ini waktu tempuh jauh lebih cepat dibanding dengan pertandingan sebelumnya

Akhirnya ….. Kedua binatang itu sepakat Bahwa kerjasama antar core-competence yang berbeda akan menghasilkan prestasi yang jauh lebih baik, dan yang penting lagi tidak ada yang merasa dikalahkan.