Berpikir Positif

"Seseorang yang berpikiran positif dapat melihat sesuatu yang tidak tampak, dapat merasakan hal-hal yang terselubung dan dapat meraih hal-hal yang tidak mungkin." (Anonim)

24 Januari 2013

HAPPY CHOOSING

Alkisah, suatu pagi, hampir jam enam, saya naik angkot menuju stasiun serpong. Saya ada meeting jam 9 di daerah pasar minggu. Naik kereta api KRL adalah hal paling menyenangkan jika dihadapkan pada beberapa pilihan moda transportasi di Jakarta. Macet free dan stress free. Tingkat akurasi keberangkatan dan kedatangan sekitar 90%, saya sudah pernah menghitung.

Dari jauh, sebuah angkot warna biru muda sudah menunggu saya, masih kosong melompong. Saya agak berlari-lari kecil dan memilih duduk di depan di sebelah supir, agar bisa desak-desakan free. Begitu masuk dan duduk, ada hal aneh yang saya tangkap. Lagu yang diputar, bukan jenis lagu umum di angkot. Tidak, jangankan di angkot, diputar di radio pun jarang.  Saya sepertinya familiar dengan lagu ini, saya lirik ke atas dashboard-nya, benar juga, kaset Gary Moore tergeletak.  Saya langsung gatal berbicara, dan agak sangsi. Jangan-jangan  supir kita ini menemukan kaset yang  entah siapa yang punya dan kemudian nyetel di angkotnya, daripada tidak ada musik yang lain,” Wah, suka Gary Moore ya mas,” Saya berharap menemukan jawaban yang agak gelagapan untuk memperkuat praduga dan purbasangka saya. Sang supir dengan kalem menjawab,”Iya pak, lagunya enak-enak. Apalagi yang sedang diputer ini, Still Got the Blues” Saya agak tertegun, kok dia hapal judul lagunya ya. Saya yang punya CD bajakannya saja tidak hapal. “Kalau Gary Moore agak ringan blues-nya pak, lain sama BB King. Berat, suaranya juga berat.” Saya langsung terdiam seribu bahasa.

Kenapa juga saya berpikir bahwa angkot harus nyetel  lagu dangdut atau pop,  saya berteriak dalam hati, memangnya angkot tidak boleh nge-blues? Saya mengiyakan saja definisi BB King-nya. “Saya senang BB King kalau tengah malam pak, rasanya adem,  dia nyanyi kayak cerita saja. Apalagi dengerinnya sambil nge-bir. Eh, ngomong-ngomong bapak punya Gary Moore juga ya. Berarti suka blues juga dong?” Saya hanya bisa menjawab iya sambil sedikit tersipu dan bingung mau ngomong apa. “Cuma saya sering susah pak, kalau ngedengerin blues, banyak yang tidak ngerti. Temen-temen saya supir angkot bilang ini musik orang gila yang tak ada nada-nya.  Istri saya pasti ngacir kalau saya mulai nyetel  blues. Dia bilang nyanyi kok teriak-teriak, didengerin suaminya pula.”

Saya mulai sedikit pulih dari rasa malu saya karena telah bersyakwasangka tadi,”Sejak kapan suka blues pak?” Dia langsung menjawab dengan penuh semangat,”Sejak masih muda banget pak, masih jaman nganggur belum ada kerjaan abis tamat SMP. Saya malam-malam nyetel radio, dan ngedengerin lagu yang aneh banget. Tapi lama-lama enak juga dan eh malah benar-benar ketagihan. Sejak itu, saya tidak punya aliran lain selain blues pak.” Saya menyimak sambil berpikir, betapa seringnya saya berpura-pura senang mendengarkan jazz atau blues agar bisa naik status sosial saya.

Betapa seringnya saya menyembunyikan kesukaan saya kepada Iyeth Bustami dengan Laila Canggung-nya, yang kalau sudah dikomentari oleh teman-teman saya di kantor, agak jarang berani saya setel di kelas-kelas training saya. Tapi supir angkot ini berani berbeda. Apa ada yang salah kalau dia sangat menyukai blues? Masalahnya dia berani aneh, saya tidak. Jadi ketika teman-teman saya suka lagu pop dan lagu Barat, saya merasa tersiksa karena menyukai Rampak Melayu. Padahal menurut saya Rampak Melayu dan Gending Sunda amat sangat eksotis.

Dia merasa sangat menikmati pekerjaannya sebagai supir angkot sambil menikmati blues, saya berpura-pura suka musik-musik aneh dari negeri sono. Betapa sulitnya saya mengekspresikan diri saya dengan jujur. Saya merasa sangat iri terhadap teman supir angkot kita ini. Jam 6 pagi yang cerah, dia asyik nyupir angkot tanpa beban, sambil mendengarkan Gary Moore yang dia sukai. Happy people karena dia berani memilih. Saya? Aduh, ada banyak keinginan saya tidak terwujud karena ketidakberanian saya untuk berbeda dari main stream, karena saya takut dikata-katai orang, padahal saya mungkin jauh lebih happy jika berani melakukannya.

Di tengah asyik menikmati  Empty Rooms-nya Gary Moore, angkot kita ini bertanya,”Bapak suka nonton live show Blues nggak? Ada di Kemang pak....”Saya lupa nama cafe yang dia sebut dengan sangat fasih dan juga jam serta hari pertunjukannya setiap minggu.